Setelah 12 tahun kami berpisah semenjak lulus SMU, di tahun 2010 aku ketemu salah satu kawan terbaikku, Panji Setia Kasih. Pria asal Desa Gegesik, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon ini adalah salah sahabatku yang membuatku iri. Dia adalah salah satu pesaing terberatku waktu di SMA dulu. Otaknya sangat jenius dalam ilmu eksak, khususnya pelajaran matematika. Tetapi untuk non eksak memang dia biasa-biasa saja. Panji juga termasuk pendiam yang tidak banyak tingkah.
Saat itu, Juli 2010, setelah aku mengundurkan diri dari profesiku sebagai guru, aku mencoba mencari peruntungan dengan melamar berbagai jenis pekerjaan: penterjemah, tentor bahasa Inggris di lembaga kursus, staf administrasi, dan beberapa posisi lain yang aku rasa sesuai dengan ijazahku.
Salah satu kawanku yang lain, Taftoyani, memberikan nomor ponsel Panji padaku. Kemudian kami berkomunikasi. Saat itu aku ada di Jakarta dan Panji ada di Depok. Dari semenjak SMA dulu Panji ini memang terkenal setia kawan. Dia seringkali mengorbankan dirinya untuk orang lain. Jiwa sosialnya pun sangt tinggi. Karena mengetahui aku ada di Jakarta, lontang-lantung tidak jelas dalam mencari pekerjaan, dia memintaku untuk main ke kontrakannya.
Akhir Juli 2010 aku sempatkan janjian untuk ketemu. Oh ternyata dia sudah punya anak usia 2 tahunan. Pandu Mukti namanya. Ia mengambil nama Pandu karena kami lulusan SMU Pandu, sebuah sekolah swasta tempat kami menuntut ilmu di wilayah Bogor Barat. Kami dulu tinggal di Pondok Pesantren Subulussalam, atau kami sering sebut sebagai Asrama Pandu. Nama Pandu Mukti itu diambil untuk mengenang perjuangan kami, proses belajar kami di sana. Satu pembelajaran hidup yang tidak akan pernah kami lupakan seumur hidup.
Di luar dugaanku, ternyata Panji ini saya katakan sukses. Dia memiliki 6 pangkalan gorengan. Setiap pangkalan dipegang oleh satu anak buahnya.Tidak kurang dari 200 ribu rupiah bersih ia dapatkan dari 1 pangkalan. Jadi kalau 6 pangkalan ia bisa menghasilkan bersih 1,2 juta rupiah per hari. Ini bersih ya, sudah dipotong bahan baku, makan, dan gaji karyawan. Jika sebulan berarti ia bisa menyimpan lebih dari 30 juta. Wow... amazing. Tukang gorengan melebihi gaji direktur perusahaan.
Saat bertemu itu, Panji bercerita pengalaman beberapa kali jatuh bangun dalam bisnis gorengan. Sejak lulus SMU tahun 1998, ia lontang-lantung mencari kerja, menclok sana menclok sini, akhirnya diterima di pabrik keramik di Cileungsi. Tahun 2001 ada perampingan karyawan, dan dia yang termasuk kena PHK. Ia mendapatkan pesangon 16 juta rupiah dan tabungannya sendiri sekitar 16 juta rupiah,, jadi total sekitar 32 juta ia punya. Ia buka usaha gorengan dengan 11 pangkalan sekaligus. Awalnya lancar, tetapi karena masih proses belajar mengelola, sementara tidak semua karyawannya bisa terkelola dengan baik, tidak butuh waktu lama akhirnya merugi. Gorengan tutup semua. Setres. Pulang kampung. Selama 7 bulan dia seperti orang gila, tidak sadar apa yang dilakukan. Karena melihat kondisi itu akhirnya orang tuanya mengobatinya dan sembuh.
Setelah sembuh ia berangkat lagi, jadi kuli gorengan di tempat orang lain. Mengumpulkan modal sedikit demi sedikit, begitu dirasa cukup ia mulai merintis sendiri lagi. Belanja sendiri, membuat molen sendiri, membuat adonan sendiri, dan jualan sendiri. Belanja ke pasar mencari bahan baku ia lakukan dengan naik angkot. Usaha pun lancar, tetapi prosesnya pun butuh waktu cukup lama. Dan karena pengalaman yang belum banyak merugi lagi.
Ia harus memulai lagi dari jadi kuli lagi. Saat merugi itulah dia memutuskan untuk menikah, tahun 2005. Saat menikah ia masih jadi pengangguran. Sebagai pengantin baru yang seharusnya bulan madu, ia tinggalkan istrinya di kampung halamannya di Bandung dan memulai jadi kuli lagi di Bekasi. Dengan bayaran tidak seberapa ia bertahan untuk mengumpulkan modal.
Panji adalah pribadi yang baik, sangat dermawan, suka menolong orang, tanpa pamrih. Ia berpikir bahwa dia seringkali merepotkan orang, dibantu orang. Setelah memiliki sedikit modal, tekad kuat pun ia bangun. Ia harus berdiri sendiri. Tetapi terbentur modal. Setelah mencari lokasi yang kira-kira tepat, Tapos-Cilangkap, Depok adala tempat yang ia pilih. Di sini ia hendak memulai usaha sendiri. Dan sampai hari ini ia masih terheran-heran saat dia merasa kekurangan modal dan orang yang baru dia kenal, Pakdhe dia memanggilnya berani meminjami modal. Padahal resikonya kan tinggi. Panji ini pendatang, coba kalau modal 5 juta yang ia pinjam lalu dia bawa kabur? Tetapi itulah janji Allah: siapapun yang memudahkan urusan orang lain maka Allah akan memudahkan urusannya. Perbuatan baik akan berbuah baik. Itulah balasan baik bagi sahabatku ini. Dan benar, setengah bulan dia kebut berdagang gorengan tanpa kenal lelah, ia bisa mengembalikan modal 5 juta rupiah itu.
Ia mulai bisa "bernafas." Istrinya dibawanya ke Depok. Lahirlah Pandu Mukti. Usahanya pun mulai berkembang. Karyawan pun ditambah.
Dan saat pertama kali saya main ke kontrakannya, aku tahu inilah Panji, seorang pribadi luar biasa yang dermawan. Seluruh karyawannya disejahterakan. Gaji mereka dapatkan, makan, tempat tinggal, dan jajan terjamin, karyawan pun betah. Ia juga tidak berlagak bossy pada anak buahnya. Itulah mengapa saat aku mencoba ngobrol dengan mereka, mereka sangat senang bekerja pada Panji.
Singkat cerita ia pun melebarkan sayap ke Tangerang. Total 14 pangkalan dia punyai. Seandainya per pangkalan 200 ribu rupiah, 2,4 juta rupiah per hari bersih bukan? Sebulan 72 juta rupiah! Tetapi kenyataan berbicara lain. Pangkalan yang di Tangerang kacau balau, teman yang dipercaya tidak amanah. Akhirnya tutup dan fokus di Depok dan sekitarnya.
Tahun 2012 usahanya mulai gonjang-ganjing lagi. Penghasilan turun drastis, bahkan merugi. Ekonomi keluarga dan karyawannya pun terganggu, tetapi Panji tidak kenal menyerah. Yang ia pikirkan adalah lakukan apapun yang bisa dilakukan saat tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan.
Di tahun 2012, sebagai nasabah asuransi terbesar dunia, Prudentials, ia pun terjun sebagai agen. Lagi-lagi kerena benar-benar paham konsep asuransi, karena alasan untuk membantu sesama itulah ia terjun, bukan karena bisnisnya. Ia presentasi kepada teman-temannya yang terbatas itu dengan kemampuan di asuransi yang benar-benar nol. Nasabah pun ia dapatkan. Dan di akhir tahun 2012 itu memutuskan utnuk fokus di usahanya lagi, saat mulai ada perbaikan. Kini meskipun sementara tidak aktif, minimal 2 - 3 juta per bulan ia dapatkan dari komisi sebagai agen.
Pribadi berperawakan kecil dan otak jenius ini adalah salah satu sahabatku yang menginspirasiku untuk tidak kenal kata menyerah, untuk terus berbagi bahkan saat tidak punya apa-apa lagi untuk dibagi. Ketulusan dan keikhlasan berbagi kepada sesama, semangat menolong orang lain, dan setia kawannya ini benar-benar membuatku kagum pada pribadi satu ini. Meskipun tetap saja ada kawan yang benar-benar tega memanfaatkan kebaikan ini untuk keuntungan pribadi. Puluhan juta hilang ditipu kawan.
Terima kasih Panji. Engkau telah mengajariku arti perjuangan, arti ketulusan, arti semangat berbagi. Doaku semoga Allah selalu memudahkan urusanmu, memberikan rezeki halal, berkah dan berlimpah bagimu, keluargamu, dan sekitarmu. Semoga amal baikmu ini bisa menjadi bekalmu kelak di akhirat. Aamiin.
0 Response to "Panji Si Bos Gorengan"